Kenapa Kita Harus Beribadah?

Kenapa kita harus ibadah kalau qodar surga, neraka kita sudah di tentukan?
Pertanyaan yang sungguh membuat saya sejenak terdiam, kemudian akhirnya hanya memberikan jawaban yang membuat saya sendiri, juga yang bertanya seakan kurang puas. 
Dan menjadi PR buat saya setelah itu.
Sampai akhirnya bertemu dengan hadist yang Rosul pun ternyata sempat di tanya seperti itu juga oleh sahabat.
Yang bunyi hadistnya kurang lebih seperti ini Nabi menjelaskan, 
"Ketika orang itu ahli surga maka dia akan di mudahkan di dalam pengamalan2 ahli surga, dan ketika orang itu ahli neraka maka dia akan di mudahkan di dalam pengamalan2 ahli neraka"
Yang akhirnya saya mendapatkan hujjah khususnya bagi saya sendiri dan semoga juga bagi teman2 yg membaca ini. 
Jadi ketika kembali ditanya kenapa kita manusia harus beribadah? 
Saya akan menjawab karena sebenarnya ibadah kita ini adalah sebagai indikator dimana posisi kita nantinya di akhirat, entah di surga atau neraka dan hanya ada dua tempat itu. 
Mengingat lagi ceritanya burung yang membantu memadamkan api yang membakar Nabi Ibrahim, ketika Nabi Ibrahim di bakar oleh petinggi2 kafir karena telah melawan. Waktu itu burung2 membantu memadamkan api hanya dengan air yg dibawa dengan paruh nya dan yang melihat saat itu seakan menganggap ya tidak berguna apa yang di lakukan burung tsb. Kemudian di nyinyiri. (Sama seperti perasaan kita yang ngapain ibadah begini2 apa ga percuma kalo surga neraka sudah ditentukan). Burung yang dinyinyiri itu tak berkecil hati terus saja dia lakukan upaya itu. Dan jawaban burung tersebut "memang apa yang saya lakukan ini percuma tapi setidaknya Alloh tau saya di pihak mana"
Bagaimana pun juga kita manusia memainkan peran langsung dalam apa yang nantinya menjadi takdir kita, Selagi masih hidup. Oleh karena itu, manusia yang saat ini merasa masih berada dalam jurang kemaksiatan sekalipun ada harapan untuk mengubah nasibnya dengan mulai memperbanyak pengamalan2 ahli surga. Sementara orang yang oleh Alloh dijaga dan di tetapkan dalam keimanan harus terus merasa khawatir dan menjaga imannya bahwa suatu hari nasibnyapun bisa saja akan berbalik dan berubah. 
Sehingga penentu semuanya itu adalah mati. mati adalah keniscayaan dan akan ada kehidupan setelah mati. meyakini hidup setelah mati seperti kita meyakini kita pernah hidup di dalam kandungan. Perjalanan yang masih sangat panjang menuju kehidupan yang sesungguhnya ini akan dimintakan pertanggung jawaban di setiap perjalanan dan bagian2nya kisah yang sudah kita manusia jalani, maka dari itu, lakukanlah yg terbaik dan terus berusaha menjadi orang baik sampai ajal. 
Maka bisa dikatakan terlepas dari qodar apa yang Alloh tetapkan setiap manusia pada dasarnya bertanggung jawab penuh atas surga atau neraka yang nanti akan menjadi tempatnya. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nggak Seperti Kami yang LDII, Muhammadiyah Sudah Cukup Lucu Kok

Mengelola Ekspektasi

GREAT THOUGHT